Home > Luar Kelas > Acara Perpisahan yang Mendidik

Acara Perpisahan yang Mendidik


Berpakaian Nasional mendidik untuk mencintai negeri tercinta.

Berpakaian Nasional mendidik untuk mencintai negeri tercinta.

Hari ini saya menyediakan waktu penuh untuk mengikuti acara perpisahan di SMP Negeri 1 Kota Bogor. Anak saya belum lama dinyatakan lulus dari SMP ini dan hari ini adalah saatnya acara perpisahan digelar.

Dari sisi tema, tidak ada yang aneh dari acara ini. Karena intinya sama saja yaitu acara khusus terakhir yang melibatkan semua siswa (yang telah dinyatakan lulus), orang tua siswa, dan jajaran pengajar di sekolah yang bersangkutan. Acara pun dilakukan standar yaitu di satu gedung, dengan isi acara adalah sambutan berbagai pihak, pentas seni, dan prosesi pelepasan siswa.

Tetapi setelah saya ikuti detil dari awal, banyak hal yang menarik terjadi di acara ini. Antara lain adalah:

  • Awal acara, dimulai dengan lantunan ayat suci dan kemudian lagu mars sekolah.
  • Pakaian. Para murid diwajibkan berpakaian nasional, dimana siswa putri memakai kebaya dan siswa putra memakai jas. Tidak ada gaya Eropa yang biasanya ditiru dengan pakaian bertoga. Banyak sekolah yang niru-niru gaya bertoga, aneh, niru dari mana ya… hehehe…
  • Prosesi pelepasan siswa. Acara ini sangat kental dengan adat Sunda. Tarian dan semua tata cara sangat kedaerahan. Tidak semua siswa SMP ini berasal nenek-moyang dari Bogor atau wilayah Sunda, tetapi semua menikmati prosesi ini dengan khidmat. Demikian juga para orang tua siswa.
  • Lelagu Indonesia. Mungkin sekitar 90% lelagu yang dinyanyikan, baik sebagai pentas ataupun suara latar belakang adalah lagu daerah dan lagu Indonesia. Tidak terdengar lelagu asing versi “duduk-gembira” yang sedang digandrungi para ABG saat ini. Kontras dengan “kejiwaan” para siswa yang sedang menjalani masa ABG.

Setidaknya itulah beberapa hal yang saya nikmati hari ini. Untuk sekolah dengan “pergaulan internasional”, peristiwa ini sangat elok untuk dialami dalam dunia pendidikan anak. Pencapaian nilai pelajaran rerata tertinggi sewilayah Kota, prestasi ekskul yang menasional dan regional, bukan menjadi alasan untuk melupakan komponen pendidikan cinta tanah air dan mengurangi kebiasaan “nyontek budaya asing” yang gak genah.

Tidaklah berlebihan jika saya melihat hal ini sebagai pendidikan praktis yang diterapkan pada siswa “justru” saat mereka dilepas untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi.

Saya yakin hal ini juga dilakukan oleh banyak sekolah lain di Indonesia, tidak hanya di kota Bogor. Saya tak henti berharap semoga pendidikan praktis yang membumi seperti ini terus dikembangkan oleh sekolah umum ataupun khusus (terutama yang berlabel “IT”).

Ohya, ada satu hal yang saya rasa kurang (atau terlupa oleh tim pengarah/panitia?) dari peristiwa perpisahan hari ini: tidak adanya lagu Indonesia Raya.

: )

Categories: Luar Kelas Tags:
  1. February 17, 2014 at 8:09 pm

    tema perpisahan buat SMA dong gan,ada engga yah makasih 🙂

  2. August 19, 2015 at 12:38 pm

    sepertinya menyanyikan lagu Indonesia Raya terlewat ya pak….kalau di kami biasanya setelah lantunan ayat suci Al-Qur’an…..tak lupa ada anugerah bagi guru dengan kriteria : Guru terdisiplin, terbaik, tergaul, dll versi siswa…diiringi lagu Trimakasih Guru….:)

    • August 20, 2015 at 12:46 am

      Iya bu Lilis, lupa menyanyikan lagu Indonesia Raya.
      Semoga pada acara serupa selanjutnya tidak terlupa.
      Wah menarik sekali kegiatan di tempat ibu.

  1. No trackbacks yet.

Leave a comment